Awalnya, saya mau nulis lanjutan Presipitasi, edisi spesial catatan hati Razif. Tapi kursor di layar putih ini mengeklik folder lainnya dan terdampar pada sebuah file yang hanya bernama deretan angka berformat flash video. Penasaran, saya membukanya. Video itu membuat mood saya hilang untuk menulis tentang Razif. Video yang cukup menarik, yang malam ini kemudian membuat saya ingin menceracau, tanpa bermain dengan metafora apalagi huruf-huruf absurd apalagi tulisan serius. Saya jarang post tulisan serius di blog 😀 . Ini hanya tentang lintasan pikiran konyol. Dan plis, dibaca kalau lagi benar-benar nggak ada kerjaan aja, karena ini cukup bahkan sangat tidak penting.
Dan plis, jangan berpikir bahwa saya sedang nonton video lamaran atau video pernikahan atau video lamaran kerja, mentang-mentang judul tulisan ini “Demo Lamaran”. Apalagi membayangkan kalau ini tentang video demo masak, wah lebih nggak bener lagi. Tonton saja demo masak, maksud saya demo drama masak bersama chef mirip Ariel itu, sepertinya lebih menarik, hehe 😀 . Jadi tentang apa? Tentang demo? Iya, kamu benar. Tentang demo mahasiswa di depan gedung DPR. Demo yang cukup keren saya pikir, ada adegannya naik di atas pagar tinggi, sendirian, lalu lompat. Keren. Tapi bukan itu poin utamanya.
Terlepas dari manfaat, tujuan, dan segala atribut demo beserta kontroversinya, tolong untuk kali ini izinkan saya melihat sisi lain dari sebuah demo, dari sisi aktivisnya. Dan plis, jangan berpikir saya ini orang yang anti demo atau pro demo, itu tidak akan saya bahas di sini. Apalagi tentang prokontra bab yang didemokan, saya juga sama sekali tidak akan bahas. Sekali lagi, saya mau bahas dari sisi lain demo itu, dari sisi aktivisnya sebagai manusia biasa.
Hims, plis, kapan tulisannya dimulai??? Hehe lupa, peraturannya terlalu banyak sih. Oke, jadi.. Hm..
Baiklah, video yang saya tonton tadi tentang aksi puluhan mahasiswa di depan gedung DPR untuk menolak suatu kebijakan. Ada tiga mahasiswa yang cukup menarik perhatian saya, tidak usah saya sebutkan, toh saya nggak kenal, yang jelas tiga pemuda itu terberani, menurut pandangan saya. Keren. Yang saya pikirkan, kalau mereka mau melamar idaman hati mereka sekeren itu nggak ya? (mulai tahu kan kenapa tulisan ini nggak penting? 😛 )
Iya, orasi orang yang lagi demo itu sering kali menggetarkan hati, bikin merinding, kalimatnya tegas tanpa keraguan, yang terpenting sebuah aspirasi harus tersampaikan. Tulus, sampai mereka tidak takut dengan om-om berseragam dan bersenjata yang mengawasi mereka. Itu keren menurut saya. Tapi, kalau mereka ntar melamar idaman hati mereka, selantang itu nggak ya? Saya pernah dengar dar beberapa aktivis yang saya kenal, segarang-garangnya aktivis, kalau mau melamar tetep aja keder dulu. (Tolong maafkan saya, kali ini saya membahas dari sisi yang cukup sempit daaann like I’ve said before, ga penting).
Saya ini dari dulu, selalu penasaran pada hal-hal nggak penting, salah satunya yang cukup saya penasaran adalah tentang bagaimana ketika seorang aktivis jatuh cinta. Biasanya cerita mereka itu unik. Ada yang diam-diam ternyata jatuh cinta pada teman satu organisasi, ada pula yang tertarik pada orang yang sama sekali bukan aktivis, yang sama sekali tidak tahu menahu tentang demo. Bahkan saya mengamati beberapa aktivis kampus dan bagaimana pola mereka dalam jatuh cinta. Sometimes, saya bahkan pengen ngambil judul skripsi, “Psikologi Komunikasi Kalangan Aktivis Kampus dalam Memanajemen Perasaan Jatuh Cinta” tapi saya tahu itu terlalu absurd untuk diteliti. Huft. Maka saya teliti saja diam-diam, tapi hari ini saya bocorkan salah satu aktivitas tidak penting saya ini.
Gara-gara kepenasaran ini saya pengen punya suami seorang aktivis yang super garang, dan akan saya wawancarai setiap hari. Selain itu, tentu saja saya jadi tahu bagaimana sesungguhnya orang-orang macam mereka-mereka ini jatuh cinta. Meskipun belum menikah sama aktivis super garang (bahkan saya belum tahu mau menikah sama siapa), dari hasil penelitian diam-diam saya selama ini, saya punya beberapa kesimpulan tentang aktivis.
- Aktivis itu kalau jatuh cinta unik. Kebanyakan sih diam-diam, orang nggak tahu, dan ketika diumumkan banyak yang nggak nyangka.
- Di balik kesupergarangnya, mereka ini sangat sayang sama yang namanya Mama.
- Masih di balik kesupergarangnya, mereka punya sisi yang juga super, sangat berbanding terbalik dengan kegarangannya, sisi yang sangat lembut untuk orang yang dicintainya.
- Segarang-garangnya aktivis masih deg-degan kok kalau berhadapan sama calon mertua.
- Hipotesis di atas sebaiknya tidak sepenuhnya dipercaya 😛
Ini nih yang kemudian saya hubung-hubungkan dengan video yang saya tonton, poin D khususnya. Kalau berorasi saja sebegitu kerennya, harusnya urusan lamar-melamar nggak kalah keren dong ya? (Kalau kata kakak saya, urusan penyempurnaan agama harusnya lebih keren). Saya kemudian berimajinasi, ada seorang aktivis yang melamar perempuan idamannya sambil berorasi naik pagar rumah calon istrinya kaya video yang saya tonton tadi. Saya melamun sebentar, dan hasilnya absurd. Ptakk, yang ada dia diusir calon bapak mertuanya. Tapi itu kayaknya so sweet. Haha. Semakin nggak beres saya ini.
Tapi kenyataannya, orang-orang aktivis supergarang ini memang banyak kejutan, tak bisa tertebak. Maka jangan heran kalau fans mereka, baik yang terang-terangan, maupun yang gelap-gelapan, jumlahnya bejibun. Daaaan, biasanya lagi nih, mereka terlalu baik sama semua orang, termasuk sama fans mereka, jadinya banyak yang geer, lalu merasa di-PHP-in. Bukan salah si aktivis juga sih, tapi ya begitulah kebanyakan adanya. Yang jelas mereka ini banyak kejutan, termasuk untuk urusan lamar-melamar.
Saya pernah ngintip timeline @udayusuf , Presma KM ITB 2009 ini ternyata melamar istrinya dengan cara yang unik, nekat. Pinjem motor panitia dari suatu acara yang mengundangnya,untuk perjalanan dari Padang ke Pariaman lalu menemui sang Ayah gadis itu dan mengatakan bahwa ia mencintai sang gadis dan akan bertanggung jawab pada hidup sang gadis (read: menikahinya). Keren.. langsung ke Ayah di gadis. Mungkin kisah lengkapnya bisa dibaca di blognya udayusuf langsung ya.. hehe. Ada juga aktivis yang jadiin jaket kebanggannya untuk demo sebagai mas kawin. Ada-ada saja, tapi unik. Yaaa, mereka ini kebanyakan memang tidak tertebak. 😀 Ada pula yang jadiin skripsinya sebagai mahar. Hmm, sepertinya demo lamaran ala aktivis ini perlu dicatat dan diamati lebih lanjut. 😀
Ah, satu lagi, yang ini pengakuan dari salah seorang aktivis, entah bagaimana dengan aktivis lainnya, mungkin sama. Mungkin. Katanya, “Aktivis itu garang di luar, tapi manja di dalam.” Artinya, seberapa garang pun mereka di luar, hati mereka sebenarnya lembut sekali.
Simpulannya, aktivis itu ya manusia biasa saja. Segarang apapun mereka, mereka tentu masih boleh menangis, masih bisa jatuh cinta, masih bisa menjadi lembut, masih bisa menjadi lemah pada satu waktu, masih bisa kehilangan kegarangannya, seperti manusia lainnya. Hanya saja, mereka orang-orang yang aktif, tidak mau diam menyerah pada keadaan. Keren 😀
Dan, di akhir tulisan saya yang tidak penting ini, saya masih membayangkan kalau ada aktivis yang melamar perempuan idamannya pakai orasi sambil panjat pagar, tapi yang diorasiin puisi gitu. Ptakk!! Habis yang di video tadi keren sih. 😀 Nanti judulnya, “Demo Lamaran” 😉
Ptak, Himsa, kalau absurd jangan kebangetan, tadi katanya nggak mau absurd???
Geje.
Rumah, 25 Agustus 2012
23.01 WLH
-plis, jangan diambil hati isi tulisan ini. Saya hanya sedang memvisualkan kekonyolan saya dalam bentuk huruf. 😀
kyakyakyaaa…..ngakak bneran deh. 😀
himsa pngen dilamar pke cara ap? wkwkwk
rahasia kalo himsa pengennya gimana.. ntar ga seru kalo ketauan dulu mah 😀 biar pada kreatip yg mau ngelamar #ups *kaya ada yg mau aja haha