“Oh ya? Kita satu SMA dong?” kataku antusias sekaligus terkejut.
Perempuan di depanku juga tak kalah antusias, “Iya, pas aku lulus, kamu kayaknya baru masuk jadi siswa baru. Hehehe.”
“Iya, Kakak. Nggak nyangka deh ketemu pejuang satu almameter di sini.”
“Nggak usah panggil Kakak, panggil aja Nimar. Biar nggak berasa tua. Oke?” dia tersenyum sambil mengangkat tangan kanannya, membentuk simbol ‘oke’ dengan membulatkan jempol dan telunjuknya.
Aku tersenyum dan mengikuti gerakan tangannya. Sepertinya, seseorang yang baru kukenal beberapa menit yang lalu ini akan menjadi teman yang menyenangkan. Setidaknya, di antara ratusan wajah yang baru kulihat hari ini, aku yakin Nimar akan menjadi salah satu teman dekat. Ya, aku baru saja mengikuti gathering komunitas womanpreneur yang diadakan di Bandung. Sengaja sekali datang dari Jakarta dengan niat ingin memperdalam ilmu dan memperluas jaringan.
“Mifa, berarti kamu baru lulus tahun lalu dong?”
“Iya, Kak, eh Nimar, hehe. Masih belajar banget soal bisnis. Duh lebih nyaman panggil Kakak.”
“Haha, ya udah terserah kamu deh, Mifa.”
“Oh ya, Kak, alumni SMA kita ada yang populer banget loh di kampusku. Aku sih nggak kenal langsung, cuma tahu aja. Hmmm, mungkin dia seangkatan sama Kakak. Sekarang dia kuliah di Inggris. Namanya Satria. Kakak kenal?”
“Satria?” tanyanya sambil mengerutkan kening. Entah kenapa aku menangkap perubahan ekspresi dari wajahnya yang ceria.
“Iya, Satria Nusantara. Anaknya aktif banget, peraih IPK tertinggi pas wisuda angkatan dia.”
“Oh.. Kenal dong. Dia dulu temen sekelas malah.” Senyumnya kembali terkembang. Entah kenapa, tetap saja aku merasa ada yang aneh. Tapi rasa aneh itu tertutupi begitu saja oleh rasa penasaran yang tetiba menggelayutiku.
“Waah, berarti Kakak kenal juga dong sama calon istrinya Bang Satria? Calon istrinya kan satu SMA juga sama kita, Kak.”
“Calon istri?” kerut itu terlihat lagi. Continue reading “Ilalang”