“Tidak apa mundur beberapa langkah dulu, karena dari sana kamu bersiap untuk melompat jauh lebih tinggi. Dari pada kamu terus melangkah dalam langkah yang itu-itu saja.” –abah
Bukankah kamu sudah berjanji, Himsa? 🙂
Kegalauan pasca kampus memang hal yang sangat wajar terjadi pada setiap orang. Belum, saat saya menulis ini jadwal sidang saya bahkan belum keluar. Saya tidak tahu apakah saya sudah dapat dikatakan masuk ranah pasca kampus atau belum. Tetapi, benar kata orang-orang, kegalauan sudah merayapi sudut-sudut hati. Pertanyaan wajar, mau ke mana saya setelah ini?
Dan saya yakin sekali setiap diri kita punya jawaban untuk pertanyaan itu. Begitu pun saya pribadi. Tapi kadang, keyakinan pada hati kecil kita goyah oleh berbagai hal, terguncang angin sepoi yang seakan ingin memberhentikan atau membelokkan kita dari tujuan kita, dari mimpi-mimpi kita. Ya, ini soal mimpi. Tapi juga benar kata orang bahwa dalam keberjalanannya nanti idealisme mimpi kita sering terbentur dengan realitas.
Well, mau apa saya setelah kuliah? Walaupun saya menulis mimpi-mimpi dalam buku, mencari jalan mewujudkannya, mendoakannya, namun tetap saja kadang keraguan itu muncul begitu saja. Apa saya bisa hidup dari mimpi-mimpi itu? Sementara terkadang posisi menjadi anak pertama begitu hmm entahlah, mungkin kalian yang anak pertama tahu rasanya. Continue reading “Melompat Lebih Tinggi”→
Bagi orang-orang melankolis, perkembangan komunikasi digital tentu sangat menyenangkan untuk bernostalgia. Melihat foto-foto masa lalu, lagu kenangan, atau video rekaman di suatu masa terkadang bisa membuat kita tersenyum bahkan menangis tergerus rindu pada masa yang telah lewat itu. Apalagi, adanya data dalam bentuk digital semakin memudahkan proses penyebaran data tersebut. Hal tersebut didukung pula dengan perkembangan new media. Mau tidak mau, kenangan yang ter-digitalisasi pun juga turut tersebar dalam media yang disebut new media ini. Tidak hanya menyenangkan, fenomena ini ternyata juga memiliki dampak psikologis terhadap pemilik kenangan itu sendiri.
Seperti kita tahu, dalam komunikasi digital digunakan teknologi berbasis sinyal elektrik komputer dan menggunakan sistem bilangan biner. Bilangan biner inilah yang akan membentuk kode-kode yang mempresentasikan suatu informasi tertentu, sehingga menyebabkan data digital memiliki beberapa sifat, seperti: mudah diubah dan diadaptasi, dapat disimpan dalam ruang fisik yang kecil, dapat dikompres saat diperlukan, dan tentu saja mudah dibagi dan dipertukarkan antara sejumlah besar pengguna secara simultan lintas batas ruang dan waktu.
Lalu, apa hubungannya dengan new media? New media atau yang bisa diartikan media baru, pada dasarnya merupakan sebuah istilah yang menggambarkan media yang terbentuk dari interaksi antara manusia dengan internet. Termasuk di dalamnya blog, social forum, social media, website, dan sebagainya. New media inilah yang kini menjadi media utama dalam penyebaran informasi digital.
Lihat saja, sharing atau sekadar bertukar informasi digital di era ini sudah lazim dilakukan. Foto-foto diunggah di facebook, twitter, instagram, bahkan juga blog seperti tumblr dan wordpress serta banyak akun sosial media lainnya. Siapa pun bisa melakukannya selama ia memiliki koneksi internet dan akun media tersebut. Menyenangkan memang ketika bisa berbagi foto, lagu, atau video di media-media yang disaksikan oleh orang banyak.
Tidak hanya itu, perkembangan komunikasi digital pelan-pelan juga bisa membuat manusia seakan berada dalam mesin waktu. Adanya fasilitas baru facebook yang disebut timeline semakin membuat orang-orang melankolis betah berlama-lama di depan gadget masing-masing untuk mengenang foto, video, atau sekadar status update di masa yang lalu. Cukup mengetik tahun dan bulan yang ingin dilihat, para pengguna facebook bisa menikmati koleksi foto, video, status, atau aktivitas lain di facebook yang diunggah di masa yang lalu. Sekali lagi, hal ini memang sering menyenangkan. Bahkan, secara singkat bisa disimpulkan bahwa perkembangan komunikasi digital ini sangat asyik untuk berbagi dan bernostalgia.
Namun, sayangnya, adanya hal ini juga bisa menjadikan kita bersedih bahkan dalam level yang cukup parah bisa menyebabkan trauma. Sadarkah kita penyebaran informasi digital di new media ini semakin berkembang dan semakin susah untuk dikendalikan? Continue reading “Komunikasi Digital dan Kenangan yang Tak Terlupakan”→
Sore itu Terminal Cicaheum tampak ramai. Tapi bagiku, langitnya tersenyum lebih cerah. Apalagi menjelang senja, memerah indah. Mungkin karena aku bahagia. Setengah tahun tak melihat kota kecilku, hari itu aku pulang, bersama kedua orang tua lagi.
Terminal Cicaheum adalah gerbang untuk sampai ke kotaku. Dan bagiku, terminal manapun selalu menarik. Punya sisi unik sendiri. Senja itu, sambil membeli gorengan yang dijual di sebelah selatan terminal, aku duduk menikmati pemandangan terminal. Sekilas terlihat kotor, lihatlah sampah berserakan. Orang-orang berbagai daerah ada. Bahkan ada juga rombongan bule yang ingin berlibur ke Karimun Jawa. Aku juga sudah bisa mendengar banyak orang bercakap dalam bahasa Jawa, salah satu hal kurindukan selama berada di bumi Sunda ini. Continue reading “Menelisik Kehidupan Terminal Sambil Belajar Marketing”→
Semalam nonton adek kelas saya yang hebat di salah satu acara talkshow di stasiun televisi. Dia hebat menurut saya, karena sudah takbanyak orang yang menepati janji di negeri ini, apalagi janji pada diri sendiri, yang logikanya bisa dilanggar kapan saja. Bersepeda dari Pati hingga Depok dengan jarak lebih dari 500 km bukanlah hal yang mudah. Tapi lihatlah, meskipun wajahnya menghitam, ia masih tampak begitu bersemangat dalam wawancara tak lebih dari 3 menit itu.
Ini berita hebat bukan? Bagi saya ini berita hebat sekali, ini berita bagus. Karena di antara ratusan orang-orang yang berjanji di depan rakyatnya, yang tidak kita ketahui apa kabar sekarang janjinya, masih ada satu pemuda Indonesia yang berjuang menunaikan janjinya. Bukan janji besar kepada rakyat. Hanya janji pada dirinya sendiri yang ia sebut nazar. Harusnya berita ini bisa mengalahkan Rakornas yang entahlah mungkin rakyat juga sudah bosan menginterpretasikan maknanya. Harusnya ini semangat baru bahwa masih ada generasi yang masih setia pada janji.