Mengapa? Aku tak tahu mengapa aku justru bertanya mengapa. Jika pada langit aku sudah jatuh cinta, maka bagaimana bila aku mengenal biru yang lain? Maka bagaimana jika aku berhenti menjadi bulan? Lalu aku menjadi pantai untuk birunya laut. Atau menjadi lebah untuk kelopak birunya mawar. Maka bagaimana pula bila bahkan aku mengenal selain biru? Yang menenteramkan hatiku. Yang menenangkan intuisi-intuisi negatifku tentang sebuah perjalanan. Continue reading “Jika Tak Lagi Biru..”
Tag: puisi langit
Selarik Cahaya Bulan untuk Langit
Apa yang terjadi?
Mengapa engkau tampak begitu resah, langit?
Adakah yang mengusik tarian awanmu?
Ataukah berbagai ujian membuatmu merasa berat?
Ah, engkau, kutahu engkau selalu kuat
dalam diam, walaupun hujan mungkin akan kau turunkan
ah, aku selalu ingin di sampingmu
mendengarkan keluh setiap mendungmu
menjadi cahaya atas tarian awan hitammu
tapi haruskah aku menyinari
sementara malam belum waktunya datang
wahai langit,
tetaplah membentang biru
izinkan aku mengumpulkan cahaya menanti malam
dan izinkan pula aku berguru pada mentari di siangmu
aku ingin mencahayai gelapmu dengan sempurna
tetaplah membentang biru
karena bulan ingin selalu setia untuk malam
Pojok Biru 2,
23 Januari 2012
10.35