Aku pernah duduk sengaja menikmati bulan, seakan menghambat pagi yang sudah ditandai fajar. Aku pernah duduk berlama bernegosiasi pada matahari agar terlambat terbit. Demi romansa malam. Aku pernah duduk menangisi malam yang berlalu. Tapi tolonglah, setelah aku mengenal pagi, aku selalu menunggunya lagi. Menunggu burung-burung berkicau, embun-embun mengenyahkan dahaga, adzan subuh yang menenteramkan, hingga segelas teh hangat yang mencairkan cinta.
Maka kepadamu pagi yang harus kutunggu lagi, aku tetap di sini. Menantimu dengan senyum berbalut air mata rindu. Menunggumu dengan semangat mengapi untuk menyalakan kobar kehidupan yang penuh makna. Semoga.
Maka kepadamu pagi, kutitipkan rindu yang menggantung di langit-langit malam. Kuucapkan doa yang mengerjap di antara kerlip bintang. Kunadakan cinta di antara senyap yang menyiksaku. Kepadamu pagi. Dengan mataharimu. Dengan cintamu yang tak hanya membuatku berani berjalan menatap siang, tapi juga senyuman menikmati malam yang senyap.
Maka kepadamu pagi, kubiarkan rindu menjadi jalan untuk ridlo-Nya.