Senin, 20 Juli 2020 kemarin, aku dapat kesempatan ikut belajar lagi di webinar yang bertajuk ‘Nutrisi untuk Imunitas, Kunci Utama Tumbuh Kembang Optimal’. Webinar yang diadakan oleh @nutriclub_id ini diisi oleh 2 keynote speaker, yaitu Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastroenterologi DR. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K) dan Head of Departement of Pediatrics, Vrije Universiteit Brussel, Prof. Yvan Vandenplas, MD, PhD.
Meskipun rada kenyut-kenyut karena berasa lagi belajar biologi, tapi banyak banget ilmu penting yg kudapat agar pemberian nutrisi buat Naya Kafin optimal. Kuceritakan rangkuman isinya ya gaes, semoga bermanfaat.
Tahu nggak sih, ternyata, 2 penyebab utama kematian pada balita adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan Gastroeteritis akut (diare).
Kata dokter Ariani, kenapa anak mudah terserang 2 penyakit ini, adalah karena sel sel usus pada anak masih renggang. Jadi bakteri tuh lebih mudah masuk. Selain itu, mikrobioma pada saluran cerna belum berkembang dengan baik. Padahal bakteri pada mikrobioma memiliki peran terhadap imunitas, nutrisi, dan perlindungan terhadap bakteri patogen. Dalam tubuh manusia terdapat sekitar 10-100 triliun mikrobioma dengan jumlah paling banyak terdapat di usus.
Jadi, nutrisi yang cukup aja tuh nggak cukup lho buat membentuk imunitas anak. Nutrisinya harus terserap dengan baik. Karena itu saluran cerna harus sehat. Saluran cerna ini akan sehat ketika mikrobiota di dalam usus itu seimbang.
Wait, biar nggak bingung, kujelaskan dulu ya, apa sih mikrobiota itu?
Menurut Prof. Yvan, mikrobioma merupakan seluruh ekosistem mikroba yang ada di dalam sebuah organ. Mikrobiota usus, bakteri baik bifidobacteria, berperan penting untuk mendukung sistem imun dengan memproduksi antibodi, mengontrol peradangan, mengencangkan sambungan usus dan mendorong toleransi terhadap makanan.
Prof Yvan juga menguatkan penjelasan dr. Ariani, bahwa untuk mempunyai saluran cerna yang sehat, itu diperlukan mikrobiota usus yang seimbang. Keseimbangan komposisi bakteri baik bifidobacteria harus dipelihara agar dapat terus memberikan manfaat dengan pemberian prebiotik.
Preibiotik itu apa sih? Masih mengutip penjelasan dr Prof. Yvan, prebiotik merupakan karbohidrat atau serat yang tidak dapat dicerna dan difermentasikan oleh bakteri dalam usus, prebiotik mampu merangsang perkembangan bakteri baik bifidobacteria.
Kombinasi prebiotik FOS dan GOS dengan rasio 1:9 punya banyak banget manfaat, di antaranya:
1. Meningkatkan jumlah bifidobacteria
2. Menstimulasi pertumbuhan spesies bifidobacteria dan lactobacillus tertentu
3. Mengurangi bakteri patogen, dan membantu menjaga kesehatan saluran pencernaan.
4. FOS dan GOS juga mampu membantu mendukung daya tahan tubuh dan mengurangi risiko infeksi.
Prebiotik ini bisa kita dapatkan dari makanan sehari-hari seperti lauk pauk, buah, dan sayur. Prebiotik juga biasanya ada di susu pertumbuhan yang sudah diformulasikan.
Sebelumnya aku nggak terlalu concern loh sama pentingnya prebiotik ini. Sekarang jadi paham bahwa ternyata prebiotik ini harus ada di dalam nutrisi yang kita berikan kepada anak agar saluran cernanya terjaga dan berdampak pada imunitasnya. Apalagi pas tahu ternyata, GIANT study yang dilakukan pada 767 anak sehat berusia di atas 1 tahun di 5 negara yang mengonsumsi susu pertumbuhan dengan prebotik lcFOS/scGOS dan n-3 LC PUFA ditambahkan ke dalam susu. Hasilnya adalah risiko infeksi yang lebih rendah loh!
Abis ini jadi penasaran mau belajar lebih jauh soal prebiotik ini.
Jadi sekarang udah paham kan gaes kalau saluran cerna yang sehat itu penting banget buat membentuk imunitas anak. Imun yang bagus membuat anak sehat dan tidak mudah terinfeksi kuman, sehingga tumbuh kembangnya pun optimal. Mudahnya ada di bagan di bawah ini.
Yuk perhatikan asupan nutrisi dan kesehatan saluran cerna anak. Karena nutrisi yang cukup, jika tidak tercerna dengan baik juga tidak akan terserap oleh tubuh. Mau info yang lebih banyak tentang tumbuh kembang, nutrisi, dan imunitas anak? Bisa silakan langsung ke web nutriclub.co.id ya..
*Sumber: Pantipa Chatchatee, Way S. Lee, Eugenia Carrilho, Pensri Kosuwon, Nipat Simakachorn, Yalcin Yavuz, Bastiaan Schouten, Patricia Logtens-de Graaff, and Hania Szajewskae, Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition 2014;58:428-437
# BeResilient #ResilientTogether