Prosa dan Puisi

Pertemuan

Siapa bilang pertemuan itu membunuh rindu? Ia hanya melipatgandakannya lalu diam-diam menikammu dari belakang. Kamu terhunus dalam bahagia. Lalu kamu menahan tangismu setelah ia kembali pergi. Kamu ingin hari itu berjalan lebih dari 24 jam. Tapi kamu pura-pura tersenyum. Punggungnya menyapamu untuk terakhir kali sebelum tubuhnya tak menyisakan bayangan. Kamu seperti bermimpi. Tapi itu nyata.

Ah, mereka bilang pertemuan itu pangkal rindu. Tapi bagimu ia tunas untuk lahirnya rindu-rindu yang terus bereplika. Kamu sempat lupa bahwa pertemuan bukan berarti harapanmu boleh tumbuh. Ah, kamu protes. Apakah bahagia tak juga diizinkan? Kamu hanya bahagia karena mimpimu menjadi kenyataan dalam sekejap. Kamu hanya teringat tahun-tahun sebelum hari itu, pertemuan macam itu harus kamu bayar dengan sebuah kekecawaan ketika kamu terbangun. Hanya mimpi.

Kamu tak peduli lagi apa kata mereka tentang pertemuan. Kamu hanya tahu, pertemuan itu membahagiakanmu walaupun di saat bersamaan menikammu. Walaupun harus dibayar dengan rasa sesak melihatnya kembali pergi, pertemuan tetaplah hadiah bagimu. Walaupun harus membunuh harapan yang diam-diam menumbuh, pertemuan tetap saja jawabanmu atas berbagai harapan. Walaupun harus memeras lagi air matamu oleh lipatan rindu, pertemuan tetap saja pengukir senyum yang terlalu lama kamu nanti.  Continue reading “Pertemuan”

Uncategorized

Sophismata, Novel Unik Bicara Politik (Sebuah Analisis)

Sophismata. Aku mendapati buku ini pertama kali pada tahun 2017, ketika seorang teman di instagram merekomendasikan buku ini padaku. Wah, dari judulnya saja sudah mengusik rasa ingin tahuku. Istilahnya cukup unik dan membuat penasaran untuk membaca lebih dalam lagi. Menurut penulis, Alanda Kariza, sophismata adalah sebuah istilah di dunia filsafat, berarti kalimat yang menunjukkan bagaimana nilai kebenaran bisa jadi sulit untuk ditentukan karena bersifat ambigu dan membuat kita bertanya-tanya. Judul ini menurutku cukup untuk menggambarkan keseluruhan isi buku yang bercerita tentang politik, passion, peran perempuan, yang memiliki banyak sisi kebenaran dari masing-masing sudut pandang tokoh.

Secara garis besar, novel ini berlatar tema politik yang didalamnya menceritakan kegalauan penulis dalam menghadapi masa quarter life crisis, terkait dengan pekerjaannya, passion, dan tentu saja percintaan. Tema politik digambarkan melalui pekerjaan para tokoh di dalamnya. Menurutku, penulis berhasil mengangkat tema politik dengan apik, penyajian yang ringan dengan tema berat membuat pembaca jadi enjoy dan tidak terasa ikut belajar tentang politik.

Premis dari novel ini, menceritakan tentang Sigi, seorang perempuan yang tidak suka politik, sudah tiga tahun bekerja sebagai staf administrasi anggota DPR, ingin bisa dipromosikan menjadi tenaga ahli, tapi semakin hari ia justru dihadapkan dengan intrik politik di dunia kerja yang baginya menggelikan. Premis yang cukup menarik karena menurutku masih jarang topik politik diangkat menjadi kisah fiksi nan seru untuk dinikmati. Penulis sepertinya melakukan riset yang sangat detail sehingga terbentuk premis ini.

Sebagaimana premisnya, novel ini bercerita tentang Sigi sebagai tokoh utama, didukung oleh Timur dan Johar sebagai karakter pendukung yang punya andil cukup penting, serta beberapa tokoh lain yang membuat cerita ini menjadi utuh. Adapun beberapa tokoh serta karakter dalam novel ini adalah sebagai berikut:

  • Sigi. Seorang perempuan 25 tahun lulusan S1 administrasi negara, sangat memegang teguh prinsipnya, cerdas, observan yang baik, tidak mudah menyerah, negosiator yang pintar, dan mandiri. Sigi suka membuat kue, baginya membuat kue adalah refreshing dari penatnya pekerjaannya. Sigi menyukai warna hitam dan putih. Ia juga seorang yang detail dan rapi.
  • Timur. Lelaki tinggi bermata sipit dengan tatto di lengannya. Ia hobi mengenakan kemeja kotak-kotak. Usianya di atas Sigi, kakak kelasnya ketika SMA, tapi sudah lama tidak bertemu. Timur lelaki yang cerdas, ambisius, juga pandai berkomunikasi. Ia juga seorang pemimpin yang baik dan ingin mendirikan partai. Ia sangat suka membaca buku, khususnya sejarah dan politik, sehingga wawasannya luas. Karakter Timur sangat membantu Sigi untuk menemukan solusi dari konflik-konflik yang dihadapinya. Ia juga membuat Sigi memiliki banyak diskusi-diskusi penting yang menjembatani penulis dalam menyampaikan pesan dari cerita.
  • Johar. Seorang politikus, anggota DPR dan salah satu partai besar di Indonesia. Ia adalah atasan Sigi di kantor. Karakternya tegas, ambisius, juga cerdik dengan intrik-intriknya. Johar memiliki peran cukup penting terhadap konflik yang dialami Sigi.
  • Gilbert. Seorang teman kantor Sigi yang cukup cerdas. Karakternya tidak terlalu detail dijelaskan, tapi ia memiliki peran penting yang akhirnya membuat Sigi memiliki keputusan yang diambil terkait pekerjaannya.
  • Catra. Ia juga staf tenaga ahli yang menjadi teman kantor Sigi. Karakternya tidak diperlihatkan sebagai detail, tapi ia juga berperan penting membentuk konflik pada tokoh utama, Sigi, dengan karakternya yang masih konservatif, meremehkan pekerjaan Sigi, dan juga memandang lemah perempuan.
  • Megara. Perempuan yang dikisahkan berusia sekitar 21 tahun dan sedang jatuh cinta pada Johar. Karakter ini mendukung konflik yang dialami Sigi terkait pekerjaannya.
  • Ayah dan Ibu Sigi. Dua karakter yang cukup untuk menjelaskan betapa Sigi adalah anak yang teguh prinsipnya, terbukti ketika ayah dan ibunya menyuruhnya berhenti kerja dan S2, Sigi tetap memilih pekerjaannya.
  • Pak Cipta, Bu Yenita, Sarah, merupakan karakter pendukung yang mempunyai peran penting dalam penyelesaian konflik tokoh utama. Karakternya tidak dijelaskan detail, yang jelas mereka adalah bagian dari anggota staf kepresidenan, diketuai oleh Cipta.

Salah satu hal yang aku pelajari dari novel ini adalah bagaimana penulis menggambarkan karakter setiap tokoh dengan detail, mulai kebiasaannya, cara berbicaranya, pakaian yang dikenakan, dan lain sebagainya, tapi dengan tidak membosankan, dan bisa membuat pembaca berimajinasi tentang si tokoh. Kadang dimasukkan secara eksplisit di narasi, kadang bisa terbaca dari percakapan antar tokoh. Antar tokohnya pun saling berkelindan menjelaskan karakter tokoh utama, Sigi. Lalu, dengan premis dan karakter ini, konflik apa sih yang ditawarkan penulis?

Berlatar sebagian besar di Jakarta sekitar tahun 2017, konflik bermula ketika Sigi mengajukan permintaan kepada Johar, untuk mempromosikan dirinya dari staf administrasi biasa menjadi tenaga ahli. Tapi Sigi tidak pernah mendapat kesempatan itu. Alasannya soal peraturan, karena Sigi belum S2. Tapi Sigi tidak menyerah, ia menuruti apapun yang diperintahkan atasannya. Dari situlah, ia bertemu Timur, teman lamanya semasa SMA. Pertemuan mereka mengubah banyak hal dalam hidup Sigi. Tapi juga menambah bumbu percintaan sebagai konflik dari kisah ini. Konflik memuncak ketika Sigi sudah mengikuti apa yang dimau atasannya tetapi ia tak kunjung mendapat yang dimau. Dalam penyelesaian konflik yang dialami Sigi, Timur memberikan banyak pandangan dalam setiap diskusi dengan Sigi. Hingga di akhir ceritanya, Sigi akhirnya mendapat jawaban dari banyak pertanyaannya. Kebutuhan tokoh utama terpenuhi di ending-nya. Konflik tersebut disajikan dengan alur maju mundur, dengan sedikit flashback di beberapa bagian.

Menurutku, konflik yang diangkat penulis ini cukup unik dan pasti akan relate dengan kehidupan anak usia 25an yang tengah menghadapi fase quarter life crisis. Banyak jawaban yang bisa didapat dari cerita ini. Tapi, mungkin akan lebih baik jika konflik ditulis tidak dengan ritme yang melulu lambat. Beberapa bagian dibuat menegangkan dengan ritme cepat, sepertinya akan membuat cerita semakin seru. Misalnya, pada masalah percintaan, harusnya bisa diceritakan lagi aura jatuh cintanya, flashback-nya bisa lebih banyak, pertentangan antar keduanya bisa ditambah, dialog lebih mendalam, jadi chemistry antara dua tokohnya lebih terasa. Begitupun tentang intrik politik yang disajikan, rasanya masih kurang mendalam dan terlalu sederhana. Aku berharap masalah yang dihadapi Sigi lebih kompleks lagi sehingga membuat pembaca naik turun ketika membacanya. Apalagi point of view yang digunakan adalah sudut pandang ketiga, harusnya dengan posisi penulis yang serba tahu, penulis bisa menyajikan konflik yang lebih kompleks lagi. Walau begitu, dari novel ini, aku juga belajar bagaimana membuat konflik yang sederhana tapi memiliki pesan yang mendalam.

Hal lain yang menarik dan dapat dipelajari dari novel ini, adalah cara penulis mendeskripsikan latar tempat. Mulai dari detail kondisinya, hingga sejarahnya. Seperti saat penulis menjelaskan latar Gedung Bina Graha, kantor staf kepresidenan.

“Sigi duduk dengan tenang, mengamati orang berlalu lalang seolah dia tak sedang duduk disana. Bertahun-tahun lalu, ada banyak rumoh soal hal-hal mistis di Gedung Bina Graha. Itu karena gedung yang dijadikan kantor oleh Presiden Soeharto itu kehilangan fungsinya di era reformasi…” (halaman 79)

Kalimat di atas menunjukkan tempat dan suasana yang dialami Sigi ketika sendirian menunggu Cipta, ketua Staf Kepresidenan di kantornya. Penjelasan penulis cukup untuk menggambarkan betapa Sigi mulai bosan dan sepi. Penulis menggunakan teknik show don’t tell dalam mendeskripsikan latar. Teknik ini sangat bisa diadopsi dalam penulisan novel.

Selain di Jakarta, di Gedung DPR dan Gedung Bina Graha, penulis juga menyebutkan Bandung dan Jogja sebagai latar tempat lain yang mendukung cerita ini. Menurutku, semua disajikan dengan baik oleh penulis dan tidak membosankan. Dialog-dialog yang ada, penggunaan sapaan, juga sangat logis latar ceritanya.

Aku juga suka cara penulis memilih diksi yang tidak familiar dan membuat kita berpikir, seperti misoginis, atau nama-nama kue, yang sangat mendukung gambaran karakter tokoh. Juga buku-buku bacaan yang diulas singkat. Atau ketika penulis menggambarkan sesuatu dengan analogi dunia baking yang disukai Sigi. Tampak penulis melakukan riset dan memiliki wawasan yang luas dalam menulis novel ini.

Satu lagi, penulis juga banyak melakukan kritik sosial lewat cerita ini. Mulai dari bahasan tentang perempuan yang sering diremehkan di pekerjaannya, tidak memiliki posisi setara, dicibir jika sekolah tinggi dan memiliki karir bagus, atau diburu-buru untuk cepat menikah. Soal politik yang digambarkan dari dua sisi, juga soal passion, dengan pandangan yang berbeda dari dua tokoh, membuat novel ini kaya akan cara pandang dan membuat pembaca merasakan sisi ambigu dari dua hal. Persis seperti judulnya, sophismata.

Begitulah, dapat disimpulkan novel ‘Sophismata’ adalah bacaan ringan dengan tema yang cukup berat. Ceritanya cukup bagus, konfliknya unik, mengalir, relatable, dan mudah dimengerti. Sayangnya, konflik yang kurang kompleks dengan ritme yang terus menerus lambat, membuat novel ini kurang masuk ke dalam emosi pembaca. Walaupun begitu, cara penulis menyajikan tema politik di novel ini, cukup untuk membuatku penasaran dengan dunia politik lebih jauh lagi. Novel ini cocok dibaca untuk mengisi waktu senggang.

“Semua akan baik-baik saja, Gi. Semua hal selalu berakhir baik-baik saja. Kalau belum baik, berarti belum akhirnya.” (Timur, halaman 166).

Cerita dan Celoteh, Mama Curhat, Mama Lyfe, parenting

Anak Kurus = Tidak Sehat? Hmm

Halo, masih ada pengunjungkah di blog ini? Hehehe. Himsa kembali sebagai ibu yg bentar lagi punya anak tiga. Mumpung belum brojol, dan rasanya aku pun rindu banget nulis, jadi mari kembali bercerita.

Hmm, sebenarnya aku udah lama mau nulis topik ini. Tapi ya banyak riweh ini itu akhirnya nggak jadi (baca: malas aja bilang wkwkw). Lalu habis ig live sama Teh Beb dan Teh Irma tentang passion yang stuck dan ke-trigger dengan explore ig di bawah ini, teringatlah aku tentang cerita yg udah lama ingin kubagikan ini.

Source: IG @shandyaulia

Astaghfirullah, ngeri banget ya mulut netizen. Aku nggak kebayang kalau jadi Shandy Aulia kayaknya udah naik sasak kalau kata orang Medan. Dia siapa bisa bilang begitu? Aku yakin sekelas Shandy Aulia pasti udah ke dokter spesialis, udah ngecek segala sesuatunya, nggak mungkin anaknya dibiarin gitu aja kan? Tapi ya pada akhirnya kita nggak akan bisa membungkam mulut semua orang. Karena anaknya di-expose, ya mau nggak mau, komentar pasti berdatangan. Semoga kita nggak masuk golongan netizen julid yang komentarnya begitu yaaaa..

Komentar netizen julid itu mengingatkanku pada perjuanganku menaikkan BB Kafin sampai akhirnya berdamai dengan keadaan. Fiuh proses yang cukup panjang dan menyita waktu serta emosi. Ya, Kafin, anak keduaku yang saat ini usianya 3 tahun 2 bulan, mungkin bisa dibilang mungil. Nggak gede kayak anak-anak seumurannya. Tapi percayalah, BB dia yang sekarang itu udah jauh lebih mending dari dulu dulu.

Continue reading “Anak Kurus = Tidak Sehat? Hmm”
Event, parenting

Lahiran Caesar dan Imunitas Anak? Yuk Belajar..

Sepertinya udah nggak musim lagi ya membandingkan mana yang lebih baik antara yang melahirkan secara spontan dengan yang melahirkan secara caesar. Kita semua tahu, setiap ibu punya perjuangannya masing-masing. Semuanya baik sesuai dengan kondisi masing-masing. Nah, yang musim sekarang adalah belajar ilmunya. Gimana sih lahiran caesar atau normal itu? Ada pengaruhnya nggak buat imunitas anak? Yuk simak ceritaku. Kamis, 27 agustus 2020 kemarin, aku baru ikut webinar dari Nutriclub, yang judulnya “Optimalkan Imunitas Anak Kelahiran Caesar dengan Mikrobiota Sehat”. Banyak ilmu penting yang bisa diterapkan lho, Moms.

Kenapa sih harus lahiran caesar?

Sebelum kita bahas terlalu jauh, kita cari tahu dulu yuk kenapa seorang ibu terkadang harus memilih jalan lahiran caesar? Aku tahu, rata-rata setiap ibu maunya melahirkan secara normal. Tapi ternyata, kondisi setiap ibu berbeda. Dan lahiran caesar tentu saja opsi terbaik jika memang kondisi tidak memungkinkan. Lahiran caesar justru bisa membantu menyelamatkan nyawa ibu dan anaknya. Hal ini selaras dengan pernyataan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal DR. dr. Ali Sungkar, SpOG(K). Continue reading “Lahiran Caesar dan Imunitas Anak? Yuk Belajar..”

Event, Review

Yuk Jaga Imunitas Anak dengan Pemberian Nutrisi yang Tepat!

Senin, 20 Juli 2020 kemarin, aku dapat kesempatan ikut belajar lagi di webinar yang bertajuk ‘Nutrisi untuk Imunitas, Kunci Utama Tumbuh Kembang Optimal’. Webinar yang diadakan oleh @nutriclub_id ini diisi oleh 2 keynote speaker, yaitu Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastroenterologi DR. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K) dan Head of Departement of Pediatrics, Vrije Universiteit Brussel, Prof. Yvan Vandenplas, MD, PhD.

Continue reading “Yuk Jaga Imunitas Anak dengan Pemberian Nutrisi yang Tepat!”

Uncategorized

Random Aja

Tiba-tiba aku kangen nulis random di sini. Aku kangen aja nulis. Rasanya udah lama banget. Tadi ceritanya aku habis blogwalking di halaman following blog ini, dan membaca tulisan-tulisan dari nama-nama lama yang dulu selalu kunanti tulisan di blognya. Ya Allah, udah lama sekali.

Aku baru sadar, lewat blog ini, aku punya banyak sekali kesempatan luar biasa. Cita-cita jadi penulis buku tercapai, juga ketemu orang-orang yang sampai sekarang membawa pengaruh besar di kehidupanku, semua bermula dari sini.

Continue reading “Random Aja”

Event

Serunya Bermain Sambil Mengasah Kepedulian Anak di BebeLand

Hai haloo, kembali lagi ke sini dan seperti biasa ada cerita seru yang ingin kubagi. Seneng banget aku tuh kemarin hari Sabtu, 26 Oktober 2019, aku dateng di acara BebeLand dari Bebelac yang diadain di Plaza Medan Fair. Ternyata ini seru banget karena acara ini banyak berisi arena yang menstimulasi rasa peduli dan daya pikir si Kecil melalui permainan interaktif yang telah direview dan direkomendasikan oleh psikolog. Nggak cuma main biasa, tapi emang bermakna. Ya nggak rugi deh kalau sebelum ini Naya tuh nggak sabar banget mau datang ke event ini.

Wah seneng banget waktu tahu BebeLand akan hadir lagi di Medan. Sebagai pelanggan setia, barang-barang kami banyak yang cap Bebelac loh. Mulai dari tas, kaos, mainan, meja, gelas, kotak makan, koper, mixer, duh apalagi ya, pokoknya itulah yaaa banyak. Mama kan happy kalau banyak hadiah soalnya 😆 Apalagi kalau di BebeLand selalu ada poin boom, wah semangat lah kami.

Makanya, Naya jauh lebih nggak sabar lagi. Dia udah terbayang mau main ini itu di BebeLand. Mungkin memori sebelumnya begitu seru dan melekat kali ya, jadi dia semangat mau hadir lagi. Hingga akhirnya, sampailah hari ini.

Continue reading “Serunya Bermain Sambil Mengasah Kepedulian Anak di BebeLand”

Cerita dan Celoteh, Mama Lyfe, parenting

Belajar di PSPA Bareng Abah Ihsan, Impactful!

Beberapa waktu lalu, KIMI (Komunitas Ibu Muda Indonesia) kasih challenge buat mencoba hal baru dengan cara ikut event yang belum pernah dicoba. Aku yang notabene adalah mama-mama rumahan yang kalau udah lelah hobinya neror suami biar cepet pulang, kali ini coba ambil tantangannya. Pasti bingung dong ikut event apa secara nggak banyak temen di Medan. Info pun terbatas. Akhirnya scroll sana-sini di instagram, dan salah satunya ketemulah sama @mommiesprojectmedan. Ada beberapa komunitas yang aku temui juga berkat challenge ini. Beberapa aku juga gabung. MasyaAllah di luar dugaan, challenge ini bawa aku ke banyak kesempatan lainnya.

Dari @mommiesprojectmedan, aku tahu akan ada PSPA bareng Abah Ihsan di Medan. Tapi entahlah, aku belum tertarik daftar. Satu, aku sebenarnya sempat ada di fase menghindari seminar parenting. Why? Lelah aja. After effect-nya ngerasa gagal jadi ibu. Aku nggak bisa praktek sesempurna dan seideal kayak apa kata artikel. And so on. Rasanya aku udah hafal semua isi artikel tentang menjadi ibu ideal. Dan aku beneran lelah. Dua tahun terakhir, aku hampir nggak pernah cerita soal gaya parenting di medsos, pernah ada yang request via DM, aku bilang nggak. Paling aku reshare saja jika ada artikel yang menurutku bagus dan nggak menghakimi. Aku nggak sempurna buat cerita soal parenting. Dalihku. Alasan lainnya adalah nanti anak gimana dong kalau aku ikut PSPA? Sama siapa? Belum siap ninggalin mereka. And so on.

Sampai akhirnya, temen-temen dekatku malah ngajakin daftar. Aku jadi berpikir ulang. Empat tahun terakhir, aku udah berproses dengan segala riuh rendahnya kehidupan baruku sebagai ibu, aku rasa sudah waktunya aku memang harus belajar, melawan segala ketakutan, serta berprasangka baik. Aku juga udah sering lihat profil Abah Ihsan dan sepertinya materinya bagus. Bismillah semoga diri ini sudah cukup siap untuk belajar lagi.

Setelah diskusi sama suami, kami sepakat nggak bisa ikut berdua. Harus salah satu karena suami masih berat jika harus menitipkan anak di daycare. Maka bismillah, akulah yang akhirnya ikut.

Hari pertama, jujur saja aku nggak berekspektasi banyak. Bayanganku ya ini seminar parenting gitu lah pasti diajarin cara didik anak. Pokoknya ya niat belajar aja. Ternyataaaaa. Jeder!

Continue reading “Belajar di PSPA Bareng Abah Ihsan, Impactful!”

Mama Lyfe

Sepuluh Hari Kebaikan

Konsisten oh Konsisten. Jika ada yang lebih susah dari memulai, adalah konsisten mengerjakannya. Itu bener banget. Dan tips paling ampuh agar bisa konsisten ya dengan terus dikerjakan. Lagi, aku belajar tentang ini.

September ini, KIMI kasih challenge buat para membernya untuk melakukan satu kebaikan selama sepuluh hari berturut-turut. Aku yang emang kala itu lagi getol diet langsung kepikiran mau senam selama sepuluh hari nonstop.

Wah, on fire banget dong. Setiap hari senam selama 30 menit. Asli itu enak banget di badan. Sebenernya udah mulai ngerjain ini dari Agustus tapi dang tek alias nggak konsisten tiap hari. Jadi challenge KIMI September kurasa cocok banget sama rencanaku. Kumulai lagi supaya bisa senam tiap hari. Ternyata? Gagal di hari ke-5. Aku kelelahan. Rehat sehari, aku ulangin lagi besoknya, tapi bukan senam, kali ini nyoba exercise buat mengencangkan otot perut. Lalu baru dua hari aku udah hands up. Kafin sakit, dia nenen nonstop, dan badanku rentek semua. Aku juga ikut sakit.

Ya Allah aku sedih. Gagal dua kali. Hiks.

Continue reading “Sepuluh Hari Kebaikan”

Event, Review

Menyicip Berbagai Rasa di Pucuk Coolinary Festival

Apa? Ada festival kuliner di Medan dari Teh Pucuk Harum? Waaa langsung seneng banget dong karena aku tuh dasarnya doyan banget jajan. Udah kebayang pasti bakal ada banyak pilihan makanan di sana. Begitu tahu tanggalnya, aku langsung ngajakin temen-temen buat dateng. Ya walaupun waktu itu aku lagi diet, tapi nggak apa-apa. Kapan lagi kan ada event sekeren ini?

Continue reading “Menyicip Berbagai Rasa di Pucuk Coolinary Festival”

Cerita dan Celoteh

Cerita Pernikahan: Dari Tak Kenal Hingga Ta’aruf

Beberapa waktu yang lalu, ada yang nanya di IGS, gimana sih ceritanya dulu waktu ta’aruf sebelum menikah? Lalu aku terpikir untuk kembali menulis cerita ini lagi di blog. Sebenarnya sih cerita gimana aku nikah udah aku share di buku ‘Cinta yang Baru‘ lengkap. Tapi di tulisan kali ini, aku mau cerita tentang persiapannya.

Aku menikah umur 22 tahun 3 bulan, muda apa nggak relatif yaa. Takdir Allah, ketemu jodohnya di usia segitu. Dan iya, aku menikah sama seseorang yang aku nggak kenal sama sekali sebelumnya. Kok bisa? Aku juga nggak tahu. Padahal sebelumnya aku tuh percaya jodoh ada di lingkaran terdekat kita, entah temen sekolah atau kuliah atau organisasi gitu. Eh ndilalah kalau sama yang udah kenal ya gagal terus di prosesnya. Lalu di saat aku mulai menyerah urusan jodoh, ujug-ujug ‘ketemu’ kakak kelas di kampus yang beda empat tahun, beda jurusan, pokoknya nggak pernah ketemu blas lah. Ketemunya aku kasih tanda petik, karena kita belum ketemu secara langsung. Waktu itu hanya via BBM. Dia udah kerja di Medan, dan aku lagi meniti asa menjadi penulis di Bandung. Ceileh meniti asa 😆

Continue reading “Cerita Pernikahan: Dari Tak Kenal Hingga Ta’aruf”