Cerita dan Celoteh

Sebuah Cerita Tentang Roti Unyil dan Kota Impian

Kota ini kota impianku. Kota yang kuharapkan menjadi tempat berlabuhnya mimpi-mimpiku. Kota ini sungguh kota impianku. Dan hari ini aku sampai di sini. Aku berpijak di kota impian.

 

Bogor, 27 Januari 2012

Stasiun Bojonggede

21.03 WIB

 

Kutuliskan cerita ini sebagai bingkisan untuk anak-anak kita kelak bahwa kita pernah bersama..

Kutintakan pena tentang goresan perjalanan ini agar kita bisa membaca setiap hikmah yang ditorehkannya..

🙂

 

——————————————————————————————————————–

Lima wajah perempuan yang baru saja turun dari kereta nampak lusuh. Aku satu di antaranya. Namun, di balik wajah lusuh itu, ada semangat yang memancar. Ada rona bahagia. Bayangan roti unyil menari di kepalaku.

Perjalanan menuju kota impian ini memang cukup amazing. Berawal dari adanya informasi tentang sebuah konferensi nasional yang akan berlangsung di Jakarta Pusat, kami kemudian memutar ide. Yap, muncullah ide untuk berpetualang terlebih dahulu di Bogor, sambil menjemput Ayin ceritanya (Tidak, ini ide gila Himsa!). Dan tentu saja, untuk memuaskan rasa penasaran tentang oleh-oleh yang sangat terkenal dari Bogor, ROTI UNYIL. Sayang sekali, roti itu belum mau kita dapatkan. 😦

Dari awal saja sudah ada-ada saja, haha. Siang hari sebelum kami berangkat, ketika bayangan kami masih di bawah mentari kota Bandung, kami berlima bingung. Ada demo di tol Cikampek yang mengakibatkan kemacetan panjang, bus pun takbisa lewat, termasuk bus yang akan kami naiki. Awalnya kami menggerutu, tapi kemudian kami memutuskan untuk mencari jalan keluar, KERETA.

Di Stasiun Kota, antrean panjang terlihat. Beruntung kami masih mendapatkan tiket. Perjalanan pun dimulai tepat jam 16.30 WIB. Seru. Sekitar pukul 19.30 kami sampai di Stasiun Gambir, Jakarta. Beruntung, ada promo, sehingga kami tidak perlu membeli tiket lagi untuk melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Bojong Gede, Bogor. (Note: selalu ada hikmah kan? Walaupun ga jadi naik bus, naik kereta ternyata lebih asyik. Dapet gratisan lagi, haha) Berdiri, desak-desakan, agak pengen mabok, bukan menjadi masalah besar saat itu. Kan mau ketemu Ayin, eh mau nyari roti unyil, hehe.

Desah nafas lega tak terhindarkan lagi ketika kami turun, menginjak kota Bogor, dan melanjutkan satu perjalanan lagi menaiki sebuah angkot untuk sampai di rumah kakak kami, PUJI ASTUTI REZKY.

Kak Puput ini rupanya juga sahabatnya Pak Satpam, terbukti mobil angkot bisa masuk dengan mudahnya begitu wajahnya tampak di penglihatan Om-Om berseragam itu. Haha. Ah, Kak Put ini memang semua jadi sahabatnya, sopir angkot, pegawai kereta, sampai masinis pun juga sahabatnya. Ya kan?

Daaannnn, taraaa!!!

21.30

Abi dan Bunda menyambut kami di depan rumah Kak Puput. Udang besar khas Palembang sudah menanti. Malam itu, tanpa mandi, kami langsung makan malam. Lezat sekali. Banyak makanan. Bahkan ketika kami sudah ‘meronta’ kekenyangan, Bunda masih mengeluarkan banyak makanan. Makan malam itu pun kami tutup dengan satu cup bubur sumsum. Kenyang.

Lelah? Iya, pasti. Saat itulah, saya mulai merasakan ada yang tidak beres dengan perut saya. Benar saja, saya masuk angin, bahkan muntah-muntah setelah dipijit oleh Kak Puput. Parah sekali saya ini, belum apa-apa sudah bikin ulah di rumah orang. Saya bisa terlelap sekitar pukul 00.00 WIB, tapi pukul 02.00 WIB saya resmi terbangun dan hanya menangis menahan sakit perut yang rasanya seperti digaruk Buldozer. (Oke, saya lebay, tapi itu sakit sekali, Kawan 😦 Gimana kalau hamil ya? Pasti lebih sakit)

Teman-teman masih terlelap. Aku hanya melirik mereka, tanpa berani membangunkannya, mereka pasti lelah juga. Karena tidak kuat dan tidak tahu di mana letak minyak kayu putih, Lely pun terpaksa saya ‘eksekusi’ tidurnya. Akhirnyaaa, dia menemani saya menangis menahan sakit. Sampai sekitar pukul 3.40, Kak Puput tebangun, memijit punggung dan perutku. Sementara aku masih terus meronta kesakitan.

Pukul 4.30, Bunda bangun. Mengetahui kondisi saya, Bunda bergerak cepat. Balsem, minyak tawon, puyer bubuk, dan teh hangat buatan Kak Puput cepat tersaji. Bunda melancarkan aksi kerokan yang T.O.P. B.G.T. Terbukti, saya langsung muntah, sekarang tenaga saya benar-benar habis. Lemes. Bunda masih memijit perutku, kemudian memberiku puyer dan teh hangat. Teman-teman yang lain turun. Aku cepat solat Subuh. Bunda dan teman-teman menyuruhku istirahat. Walaupun tidak bertenaga, tapi sakit perut itu mendadak hilang. Aaah, makasih Bunda dan teman-teman. :*

Saya tertidur sampai pukul 10.00 WIB. Artinya? Tidak ada jalan-jalan untuk Bogor hari ini. Goodbye Roti Unyil!! Sebenarnya, saya pengen maksa keluar. Tapi bagaimana, ngeliat makanan lagi saja mau muntah. Apalagi Lely juga sudah hampir menyusul (sakit). Oke, fiks, hari itu kami hanya tertidur di kamar Kak Puput, bermain dengan pensil ajaib dan beberapa dolphin berbagai jenis. Maaf ya Fai cuyung, kamu yang sehat harus terpaksa ikut kami ngendon di kamar, padahal kan pengen ke Kebun Raya juga :(. Akhirnya, yang jadi pergi hanya Kak Vanda, ke Depok, diantar Kak Put ke Stasiun.

Siangnya, kondisi saya membaik, setidaknya ada beberapa puluk nasi yang sudah mau masuk ke mulut.

Sorenya, kami dapat teman baru. Haha. Namanya Kang Alul, sahabatnya Kak Puput ceritanya (Tapi nggak tau ya nanti, haha :p ). Sore itu kami bercanda dan menemukan predikat baru untuk Lely, Miss Mintadicela. Hahaha. Ciyee Kak Puput (Kok ciye?)

Rumah Bunda, seperti biasa masih penuh dengan makanan bernuansa Palembang. Pempek pun tidak terlewatkan. Okelah, walaupun tidak mendapatkan roti unyil, setidaknya kita bisa merasakan banyak makanan khas Sumatera Selatan di Bogor. 😀 Makasih lagi, Bunda! :*

Malam harinya kita masih nggak jelas. Bilang mau ngajak jalan sekitar komplek, yang ada Kak Puput harus mendapati kami tertidur di kamarnya selepas solat Magrib. (Sabar ya, Kaka :p) Nggak jadi pergi deh. Fiks, malam itu menyempurnakan statement bahwa perjalanan kami ke Bogor hanya berkisar di rumah Kak Puput saja. Titik.

Pagi harinya, pukul 6.30 WIB, kami meninggalkan Bogor menuju Jakarta diantarkan Abi. Tentu saja dengan bekal nasi goreng Bunda :D. Okee, sampai jumpa Bogor! Sampai Jumpa pula Roti Unyil!! Ayin? Tinggal ajalah dulu ya, Nak, di Bogor, nanti aja jemputnya sama Abi :p

Satu yang unik yang tidak kami lupakan di rumah Kak Puput: Pencarian SPON yang masih menyisakan teka-teki hingga sekarang. Haha! Nanti kalau ke rumah Kak Puput bawa SPON pencuci piring dari kosan aja yaaa :p

 

Terima kasih Bunda dan Abinya Kak Puput yang menerima orang-orang geje di rumahnya.. 😀

Terima kasih Kak Puput yang kamarnya bersedia kami obrak-abrik, bahkan ada yang minta barangnya :p

Terima kasih teman-teman udah mau berteman dengan orang yang merepotkan ini, haha :p

 

 

ditulis sambil ketawa-ketiwi sendiri

Rumah

Tetangga Langit,

31 Januari 2012

17.39 WIB

 

continue: Journey Part II

bagaimana menurutmu? :)